Dalam rapat penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk delapan kabupaten/kota di Provinsi Aceh, Penjabat (Pj) Bupati Pidie, Ir. Wahyudi Adissiwanto, M.Si., berkesempatan memaparkan sejarah terbentuknya Kabupaten Pidie yang diperkirakan telah ada sejak abad ke-14, dalam  bentuk kerajaan Pedir.

Demikian itu, Wahyudi juga mengungkapkan, Pidie juga memiliki sumbangsih dalam penyebaran Agama Islam setelah menguasai Kerajaan Samudera Pasai.

Menurutnya, Pidie memiliki warisan budaya yang kaya dan masyarakat yang homogen, yang mayoritas beretnis Aceh.

Maka homogenitas kesukuan di Pidie adalah kekuatan yang harus dihargai dan dijaga, karena berperan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat serta memperkuat identitas daerah.

“Selain itu, dibandingkan dengan beberapa daerah lain di Aceh, Pidie relatif paling homogen dalam konteks kesukuan, agama, ras, dan golongan,” jelas Wahyudi dalam rapat dengan Komisi II DPR RI di Ruang Rapat Komisi II DPR RI, di Jakarta, Senin (20/05/2024).

Oleh sebab itu, sejak dirinya menerima mandat sebagai penjabat Bupati Pidie, Wahyudi, telah menyerukan konsep Salam Pidie Mulia, yang digali dari nilai nilai warisan sejarah panjang dan hebat.

Lebih lanjut, Kata Wahyudi, masyarakat Pidie memiliki karakter khas Aceh yang sangat kuat, dengan nilai-nilai keagamaan juga yang sangat kuat.

“Mengingat pentingnya arti sejarah Pidie, kita telah membentuk tim yang bertugas melakukan riset dan diskusi, untuk mendapatkan titik terang terkait Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Pidie,” jelas Wahyudi.

Ia menambahkan, dengan harapan, Kabupaten Pidie dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan nasional.

Adapun turut mendampingi Pj Bupati, Plt. Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setdakab Pidie, Muhammad Ady Rizka, S.STP, M.Si., Kabag Hukum Setdakab Pidie, Marlinda Aiha, S.T., S.H.,M.H., dan Kabag Umum Setdakab Pidie, Drs. Akmal.

 

Tags Pidie